Bakalbeda.com - Sujiwo Tejo, budayawan terkenal, mengungkapkan pandangannya terhadap kontroversi yang timbul setelah pidato Bang Anies yang tidak menyebutkan secara langsung hasil survei yang dikeluarkan harian Kompas. Dalam pidatonya, Bang Anies menyebut bahwa survei tersebut sebenarnya hanya mencerminkan opini publik yang telah terbentuk.
Sujiwo Tejo kemudian mengangkat isu yang muncul dalam komunikasi politik terkait dengan keberadaan survei-survei tersebut. Dia menjelaskan bahwa di banyak negara demokratis, survei-servey tersebut kerap menjadi perdebatan karena pertanyaan siapa yang membayar survei dan bagaimana metodologi survei tersebut dilakukan.
Menurut Sujiwo Tejo, survei yang dilakukan oleh lembaga layanan publik atau lembaga yang memiliki reputasi baik seperti universitas dan media relatif lebih akurat. Namun, ia juga menekankan pentingnya menjaga kejujuran dan keakuratan data survei yang disampaikan kepada publik.
Selain itu, Sujiwo Tejo juga menyinggung tentang pentingnya fokus pada substansi gagasan dan menjauhi praktik saling bully antar kandidat. Ia berpendapat bahwa kontestasi politik seharusnya lebih berfokus pada gagasan dan visi untuk kemajuan bangsa, bukan saling menyerang dengan isu-isu permukaan.
Sujiwo Tejo menyebutkan bahwa dalam konteks pemilihan presiden 2024, para calon sebaiknya memperkuat argumen mereka dan mempresentasikan gagasan-gagasan yang dapat diterima oleh rakyat. Ia menekankan pentingnya menghindari politik identitas dan membangun dialog yang lebih konstruktif dalam rangka menjaga demokrasi.
Dengan demikian, Sujiwo Tejo berharap bahwa adanya perdebatan ini dapat membantu meningkatkan kualitas diskusi politik di Indonesia dan mendorong para calon kandidat untuk fokus pada substansi dan kepentingan bersama dalam membangun bangsa yang lebih baik.
0 Komentar