Bakalbeda.com - Dominasi kelompok konglomerat klasik yang dulu dikenal sebagai “9 Naga” perlahan mulai surut.
Di tengah pergeseran arah ekonomi nasional, sebuah kelompok baru dari wilayah pinggiran muncul dengan kekuatan yang tidak bisa diabaikan: 9 Haji — sekumpulan taipan regional yang kini perlahan-lahan membentuk poros baru di luar episentrum kekuasaan Jakarta.
Dikutip dari Monitor Indonesia, munculnya kelompok 9 Haji mencerminkan pergeseran struktur oligarki bisnis nasional.
Tak lagi tersentralisasi di ibu kota, tapi mulai menyebar ke pelosok-pelosok yang dulu hanya jadi penonton.
Para Haji ini bukan sekadar orang kaya — mereka adalah simbol dari kebangkitan ekonomi lokal yang selama ini terpendam.
Berikut profil para figur sentral dalam konstelasi kekuatan ekonomi baru ini:
1. Haji Isam – Sang Oligark Batubara dari Selatan
Samsudin Andi Arsyad alias Haji Isam, adalah personifikasi perubahan sosial ekonomi Tanah Bumbu. Dari sopir truk, ia menjelma menjadi penguasa Jhonlin Group — konglomerasi raksasa yang mencakup tambang, perkebunan, biodiesel, logistik, hingga penerbangan eksklusif. Di balik senyum tipisnya, tersimpan pengaruh politik dan ekonomi yang mampu menyaingi baron-baron energi lama.
2. Hadji Kalla – Pewaris Tahta Otomotif di Timur
Grup Kalla, warisan keluarga mantan Wapres Jusuf Kalla, tak sekadar menguasai pasar otomotif dari Toyota hingga Kia. Mereka merambah energi dan logistik, menjelma menjadi tulang punggung ekonomi Sulawesi dan Nusa Tenggara. Hadji Kalla adalah bentuk evolusi bisnis keluarga yang tak kehilangan arah di tengah gelombang perubahan.
3. Haji Aksa – Raja Semen yang Bermula dari Es Balok
Muhammad Aksa Mahmud membangun imperiumnya dari nol. Bosowa Group yang kini dikendalikannya merambah industri semen, distribusi mobil, jalan tol, hingga konstruksi berskala nasional. Sosoknya yang tenang menyimpan peran strategis, baik di bidang bisnis maupun politik nasional, lewat Partai Golkar.
4. Haji Rasyid – Raksasa Sawit yang Sarat Kontroversi
Abdul Rasyid AS lewat Citra Borneo Indah Group menguasai lebih dari 115 ribu hektar sawit di Kalimantan Tengah. Ia kerap diterpa isu pembalakan liar, namun di sisi lain juga dikenal sebagai donatur masjid dan kegiatan sosial-keagamaan di Palangka Raya. Tokoh dengan wajah ganda — pengusaha dan dermawan.
5. Haji Leman – Warisan dari Sungai Menuju Konglomerasi
Almarhum Abdussamad Sulaiman HB mendirikan Hasnur Group dari usaha angkutan sungai. Kini, anak-anaknya mengelola bisnis yang telah tumbuh menjadi kekuatan besar di sektor tambang, pelabuhan, perkebunan, dan olahraga lewat klub PS Barito Putera. Model suksesi bisnis daerah yang jarang tapi nyata.
6. Haji Ijai – Baron Sunyi dari Tapin
Muhammad Zaini Mahdi, atau Haji Ijai, adalah nama yang tak sering terdengar, tapi kiprahnya nyata. Lewat PT Batu Gunung Mulia, ia mengoperasikan tambang dengan produksi hingga 2 juta ton per bulan. Kehidupan glamornya, lengkap dengan helipad pribadi dan mobil mewah, jadi magnet perhatian di Kalimantan Selatan.
7. Haji Anif – Strategi Bertahan Saat Harga Jatuh
Berawal dari ladang sawit kecil di Langkat, Anif Shah membesarkan ALAM Group. Saat badai harga CPO mengguncang 2008, ia bertahan. Diversifikasi ke properti seperti Cemara Asri menjadi kunci keselamatan sekaligus simbol kejelian bisnisnya.
8. Haji Robert – Sang Penakluk Emas dari Timur
Robert Nitiyudo Wachjo atau Haji Robert mengendalikan PT Nusa Halmahera Minerals dan mengakuisisi tambang emas Gosowong dari tangan asing. Ia dikenal tak hanya mengejar profit, tetapi juga berkomitmen membangun masyarakat lokal serta menjaga lingkungan. Sosok langka di dunia tambang yang keras.
9. Haji Ciut – Eksentrik Penuh Sensasi
Muhammad Hatta alias Haji Ciut dikenal dengan gaya hidup mencolok. Pernikahan anaknya yang viral hanyalah potret kecil dari gunung kekayaannya. Meskipun sering dikritik, sektor tambang dan propertinya membuka ribuan lapangan kerja bagi masyarakat Kalimantan Selatan.
Fenomena Ekonomi Baru dan Tantangan yang Mengintai
Bangkitnya 9 Haji menandai pergeseran poros ekonomi dari Jakarta ke daerah.
Mereka bukan sekadar menyaingi “9 Naga”, tapi juga menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi bisa tumbuh dari akar rumput menuju tingkat nasional bahkan global.
Meski demikian, tantangan serius membayangi: keterlibatan politik lokal, konflik agraria, eksploitasi sumber daya, dan tekanan terhadap transparansi sosial menjadi ujian utama yang akan menentukan masa depan kelompok ini.
0Comments